ARTIKEL
KESEHATAN MENTAL DAN KESEHATAN GIGI
Status kesehatan
mulut yang buruk pada responden dikaitkan dengan kesehatan mental, usia, status
sosial ekonomi yang buruk, dan tidak mengunjungi dokter gigi secara
berkala. Ada banyak bukti bahwa status sosial ekonomi berhubungan erat
dengan status kesehatan mulut, terlepas dari ukuran sosial ekonomi yang
digunakan. Kebutuhan kesehatan mulut yang tidak terpenuhi berhubungan dengan
buruknya kesehatan mental, pendapatan, dan pemanfaatan perawatan gigi. Individu
yang pernah mengalami gangguan kesehatan mental kurang memanfaatkan layanan
kesehatan gigi. Alasan seperti stigma, rasa malu, ketidakberdayaan,
rendahnya harga diri, kurangnya pendapatan dan asuransi kesehatan, ketakutan/ kecemasan/
fobia terhadap perawatan gigi, dan kegelisahan dalam lingkungan menunggu
perawatan gigi dan kurangnya kepercayaan pada penyedia layanan gigi.
Empat
kondisi utama yang diamati pada pasien dengan gangguan kejiwaan adalah
kerusakan gigi, penyakit gusi, mulut kering (xerostomia), dan bruxism
(menggeretakkan gigi).
Kerusakan
gigi sering kali disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung
banyak karbohidrat yang dapat diubah oleh bakteri dalam mulut menjadi asam.
Asam ini dapat merusak lapisan gigi, termasuk email dan dentin. Jika kerusakan
gigi tidak diatasi, dapat menyebar ke bagian dalam gigi, yang disebut pulpa,
dan menyebabkan rasa sakit hebat serta abses. Abses ini dapat menjadi masalah
serius jika tidak diobati dan bahkan dapat menyebar ke otak atau rongga dada,
yang memerlukan perawatan medis segera.
Sumber: https://www.alodokter.com/jangan-sampai-terlambat-cegah-karies-gigi-sekarang-juga
Penyakit gusi dapat berkisar dari tingkat ringan
seperti gingivitis hingga tahap yang lebih serius yaitu periodontitis.
Periodontitis menjadi perhatian khusus karena dapat menyebabkan kerusakan pada
perlekatan tulang pendukung dan jaringan lunak di sekitar gigi. Pada akhirnya,
kondisi ini bisa mengakibatkan kehilangan gigi dan memerlukan tindakan
penggantian. Perburukan periodontitis juga terkait dengan berbagai faktor,
termasuk kebiasaan merokok dan mengonsumsi ganja, diabetes, serta masalah gizi
Sumber: https://www.alodokter.com/periodontitis
Xerostomia, atau mulut kering, merupakan faktor
utama yang seringkali menjadi penyebab kerusakan gigi dan penyakit gusi. Mulut
kering seringkali disebabkan oleh efek samping obat-obatan yang memiliki sifat
antikolinergik, termasuk banyak obat psikotropika.
. Sumber: https://www.idntimes.com/health/medical/siti-denty-rizqita/mulut-sering-terasa-kering-kenali-fakta-xerostomia-c1c2
Bruxism adalah kondisi dimana seseorang
menggerakkan atau menggosok gigi mereka secara berlebihan, dan seringkali ini
diamati sebagai dampak dari stres, gangguan kecemasan, cedera otak traumatis,
dan penggunaan beberapa obat psikotropika. Tanpa penanganan yang tepat, bruxism
dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, yang dapat berakibat pada rasa sakit dan
masalah estetik.
Sumber: https://avantdental.com.au/news/specialists-guide-to-diagnosing-and-treating-bruxism/
Merawat
kesehatan mulut yang buruk dapat memperburuk kesehatan mental Anda. Anda
mungkin merasa malu tentang gigi Anda, atau mungkin sulit makan atau minum
ketika bersama orang lain. Hal ini bisa membuat Anda menghindari berada di
dekat orang lain, yang dapat memengaruhi kesejahteraan Anda.
Berikut
adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk menjaga kesehatan gigi dan
gusi Anda:
1.
Sikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluoride.
2.
Bersihkan antara gigi Anda dengan benang gigi atau sikat antar gigi dua kali
sehari.
3.
Berhenti merokok.
4.
Kurangi penggunaan alkohol atau berhenti minum alkohol.
5.
Kurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula.
6.
Periksakan diri secara teratur ke dokter gigi.
7.
Konsumsi diet seimbang dan sehat.
8.
Jika obat-obatan Anda menyebabkan mulut kering, cobalah permen xylitol. Xylitol
adalah pemanis alami yang membantu meningkatkan produksi air liur, dan juga
dapat membantu mencegah plak dan gigi berlubang. Beberapa produk xylitol yang
bermanfaat meliputi permen, permen karet, pasta gigi, dan semprotan mulut.
Daftar Pustaka
Tiwari, T., Kelly,
A., Randall, C. L., Tranby, E., & Franstve-Hawley, J. (2022). Association
Between Mental Health and Oral Health Status and Care Utilization. Frontiers
in Oral Health, 2.
psychnews.psychiatryonline.org.
(2023, 27 Juni). Understanding the
Mental-Dental Health Connection Said to Be Integral to Patient Care. Diakses
pada 7 November 2023, dari https://psychnews.psychiatryonline.org/doi/10.1176/appi.pn.2023.07.6.15
webmd.com.
(2023, 02 Mei). What to Know About Oral Health and Mental Health. Diakses pada
7 November 2023, dari https://www.webmd.com/oral-health/what-to-know-about-oral-health-and-mental-health
No comments:
Post a Comment